Beranda | Artikel
Dua Perasaan Manusia ketika Beramal Saleh Syaikh Shalih al-Ushaimi #NasehatUlama
Rabu, 24 Mei 2023

Mereka, meskipun telah melakukan ketaatan-ketaatan tersebut,
tetap memandang diri mereka dengan pandangan kekurangan dan aib,
seperti yang beliau katakan, “… dengan pandangan kealpaan dan kekurangan.”

Mereka tidak memandang amalan mereka
dengan pandangan teperdaya dan merasa tinggi di sisi Allah ʿAzza wa Jalla.
Mereka sedikit pun tidak melihat bahwa diri mereka baik,
karena mereka melakukan ketaatan itu semata-mata
karena karunia dari Allah Subẖānahu wa Taʿālā.

Orang yang mengerjakan ketaatan dan mengamalkannya
akan merasakan satu dari dua perasaan dalam dirinya:

Pertama, perasaan butuh dan hati yang takut.
Perasaan butuh dan hati yang takut.

Kedua, perasaan sombong dan teperdaya.
Perasaan sombong dan teperdaya.

Sebagian orang jika telah melakukan ketaatan
akan bertambah rasa takut dan butuhnya kepada Allah.

Dia memandang bahwa ketaatan tersebut adalah karena taufik dari Allah,
dan bahwa dia tidak akan mampu melakukannya sedikit pun,
kecuali dengan pertolongan Allah.

Namun sebagian manusia jika telah melakukan ketaatan
akan teperdaya dengannya dan merasa besar di hadapan Allah dan manusia.
Dia selalu merasa hebat dengan ketaatan ini.

Itulah yang dimaksud oleh Said bin Jubair yang mengatakan
bahwa ada seseorang yang mengerjakan kebaikan
tetapi masuk neraka karenanya.

Artinya, bahwa dia melakukan kebaikan
tapi membuatnya sombong dan teperdaya
sehingga menjadi sebab dia masuk neraka,

maka bagi seorang hamba yang bisa melakukan ketaatan seyogianya
merasa remuk redam di hadapan Allah dan memohon kepada-Nya tambahan,
sebagai wujud syukur kepada-Nya atas taufik kepada ibadah yang dianugerahkan kepadanya.

Jadi, ketaatan yang dikerjakan oleh salah seorang dari kita
tidaklah dilakukan karena harta, asal-usul, atau warna kulitnya,
maupun kedudukan dan kepemimpinannya.

Dia melakukannya semata-mata karena taufik Allah Subẖānahu wa Taʿālā kepadanya.

Jadi, barang siapa yang semakin remuk hati di hadapan Allah dan semakin butuh kepada-Nya,
maka kualitas ibadahnya semakin bertambah dan meningkat.

Barang siapa yang teperdaya dengan kebaikannya dan semakin sombong kepada manusia,
maka kebaikan itu akan menjadi sebab kesengsaraan,
kerugian, dan kecelakaan baginya.

Demikian.

====

وَهُمْ مَعَ فِعْلِهِمْ تِلْكَ الطَّاعَاتِ

يَنْظُرُونَ إِلَى أَنْفُسِهِمْ بِعَيْنِ النَّقْصِ وَالْعَيْبِ

كَمَا قَالَ: مَعَ رُؤْيَةِ التَّقْصِيرِ وَالنُّقْصَانِ

فَهُمْ لَا يَنْظُرُونَ إِلَى أَعْمَالِهِمْ

بِعَيْنِ الاِغْتِرَارِ وَالإِدْلَالِ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

فَلَا يَرَونَ لِأَنْفُسِهِمْ شَيْئًا

وَإِنَّمَا وُفِّقُوا إِلَى هَذِهِ الطَّاعَاتِ

بِفَضْلِ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى

وَالْفَاعِلُونَ الطَّاعَاتِ الْعَامِلُونَ بِهَا

لَهُمْ مَعَ أَنْفُسِهِمْ مَقَامَانِ

أَحَدُهُمَا مَقَامُ الاِفْتِقَارِ وَالاِنْكِسَارِ

مَقَامُ الاِفْتِقَارِ وَالاِنْكِسَارِ

وَالْآخَرُ مَقَامُ الاِسْتِكْبَارِ وَالاِغْتِرَارِ

مَقَامُ الاِسْتِكْبَارِ وَالاِغْتِرَارِ

فَمِنَ النَّاسِ مَنْ إِذَا فَعَلَ الطَّاعَةَ

زَادَ اِنْكِسَارُهُ لِلهِ وَافْتِقَارُهُ لَهُ

فَهُوَ يَرَى أَنَّ تِلْكَ الطَّاعَةَ بِتَوْفِيقِ اللهِ لَهُ

وَأَنَّهُ لَا يَقْدِرُ عَلَى شَيْءٍ مِنْهَا

إِلَّا بِعَوْنٍ مِنَ اللهِ

وَمِنَ الْخَلْقِ مَنْ إِذَا فَعَلَ الطَّاعَةَ

اِغْتَرَّ بِهَا وَاسْتَكْبَرَ عَلَى اللهِ وَعَلَى خَلْقِهِ

فَهُوَ دَائِمُ الإِدْلَاءِ بِهَذِهِ الطَّاعَةِ

وَإِيَّاهُ قَصَدَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ فِي قَوْلِهِ

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلَ الْحَسَنَةَ

يَدْخُلُ بِهَا النَّارَ

وَتَفْسِيرُهُ أَنَّهُ يَعْمَلُ الْحَسَنَةَ

فَتُكْسِبُهُ اسْتِكْبَارًا وَاغْتِرَارًا

فَتَكُونُ سَبَبَ دُخُولِهِ النَّارَ

فَاللَّائِقُ بِالْعَبْدِ إِذَا وُفِّقَ لِلطَّاعَاتِ

أَنْ يَنْكَسِرَ لِلهِ وَأَنْ يَطْلُبَ الزِّيَادَةَ مِنْهَا

شُكْرًا لِلهِ عَلَى مَا أَسْدَى إِلَيْهِ مِنَ التَّوْفِيقِ لِلْعِبَادَةِ

فَالطَّاعَةُ الَّتِي يُصِيبُهَا أَحَدُنَا

لَا يَسْتَمِدُّهَا مِنْ مَالِهِ أَوْ مِنْ أَصْلِهِ أَوْ مِنْ لَوْنِهِ

مِنْ جَاهِهِ أَوْ مِنْ رِئَاسَتِهِ

وَإِنَّمَا يَسْتَمِدُّهَا مِنْ تَوْفِيقِ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى لَهُ

فَمَنْ زَادَ انْكِسَارُهُ لِلهِ وَافْتِقَارُهُ لَهُ

زَادَ مَقَامُهُ فِي الْعُبُودِيَّةِ وَارْتَفَعَ

وَمَنِ اغْتَرَّ بِحَسَنَاتِهِ وَاسْتَكْبَرَ بِهَا عَلَى الْخَلْقِ

كَانَتْ تِلْكَ الْحَسَنَاتُ سَبَبًا لِشَقَائِهِ

وَخُسْرَانِهِ وَبَوَارِهِ

نَعَمْ


Artikel asli: https://nasehat.net/dua-perasaan-manusia-ketika-beramal-saleh-syaikh-shalih-al-ushaimi-nasehatulama/